Foto. Ilustrasi |
Pelitakota.com| Batam, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Batam, Gustian Riau, buka suara soal kenaikan harga minyak yang melambung tinggi hinga mencapai hampir 100% menjelang Natal dan Tahun Baru 2022.
Menurutnya, kenaikan harga minyak ini disebabkan oleh terjadinya kenaikan harga minyak sawit mentah dunia atau yang dikenal dengan istilah Crude Palm Oil (CPO).
Dilansir dari Sindonews, sepanjang tahun 2021, harga rata-rata CPO di atas USD1.000 per metrik ton, bahkan mencapai puncak tertinggi yaitu USD1.390 per metrik ton pada Oktober lalu.
Meski Indonesia merupakan penghasil sawit terbesar di dunia, namun harga ditentukan oleh mekanisme pasar dunia. Apabila terjadi kenaikan harga CPO internasional, maka harga dalam negeri juga akan ikut naik.
Namun, Gustian Riau tidak menyebutkan secara eksplisit jumlah kenaikan harga CPO yang menjadi pemicu utama kenaikan harga minyak goreng itu yang menurutnya tidak hanya dirasakan oleh warga Batam, tapi juga dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.
“Kenaikan harga minyak itu disebabkan karena CPO naik. Itu kaitannya ke Pusat Kalau di daerah itu, kita menunggu kebijakan Nasional melalui Kemendagri, tidak bisa kita tetapkan di daerah,” ucap Gustian kepada wartawan melalui sambungan WhatsApp pribadinya, Selasa (23/11/2021).
Oleh karena itu, dirinya belum dapat memprediksi sampai kapan harga minyak goreng ini akan tetap naik. Yang jelas pihaknya sedang menunggu keluarga kebijakan pusat sehingga nantinya dapat diterapkan di daerah.
Diberitakan sebelumnya, menjelang Natal dan Tahun Baru 2022, masyarakat kota Batam mengeluhkan harga minyak makan yang akhir-akhir ini melambung tinggi. Peningkatan harga minyak ini dirasa sangat tidak wajar karena meningkat hampir 2 kali lipat dari harga sebelumnya.
Hal ini seperti disampaikan oleh salah seorang penjual makanan (sarapan pagi) saat dijumpai sedang berjualan di Kompleks Ruko Rabayu, Kelurahan Tembesi Kecamatan Sagulung, Selasa (23/11/2021).
“Sebulan lalu, saya membeli minyak itu yang kemasan 2 liter merk Fortune cuma Rp. 17.500,- saja, tapi sekarang naik hampir dua kali lipat menjadi Rp. 33.000,” ucap N saat memulai perbincangan.
N mengatakan, sebelum harga minyak melonjak naik, dirinya selalu membeli minyak per dus untuk disimpan sebagai stok di rumah, yang nantinya digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan jualannya.
Lanjut kata N, tepat sebulan lalu untuk harga minyak per dus nya biasanya ia membayarkan sekitar Rp. 102.000,- hingga Rp. 120.000, – saja. Namun, sekarang meningkat menjadi Rp. 200.000an lebih. Oleh karena itu, dirinya mengaku tidak sanggup membayar jika harus membeli per dus.
“Dulu saya beli minyak makan itu per dus biar ada stok di rumah, tapi sekarang sudah tak sanggup lagi, karena duitnya tidak cukup. Sekarang saya belinya yang kemasan 2 liter, meski untungnya sangat sedikit ya mau gimana lagi,” ucap N.
Peningkatan harga minyak ini tentu sangat memberatkan dirinya sebagai pelaku usaha kecil dengan berjualan sarapan pagi. Namun, dengan untung yang sangat kecil, dirinya tetap semangat bertahan hidup.
“Saya tidak tau kenapa harga minyak ini begitu mahal. Padahal jika saya menaikkan harga dagangan saya Rp. 1.000,- saja takutnya pelanggan saya lari. Mau tidak mau saya harus tetap berjualan meski dengan untung yang sangat kecil,” tuturnya.
Oleh karena itu, dirinya sangat mengharapkan kehadiran Pemerintah Kota Batam dalam mengatasi permasalahan kenaikan harga ini. Bukan hanya minyak, tapi juga bahan sembako yang lainnya.
“Harapannya kepada pemerintah, kalau bisa harganya sewajarnya saja, ini semua sudah serba susah, ditambah lagi harga minyak yang naik. Apalagi seperti saya pedagang kecil, balik modal untuk sedikit aja sudah sangat bersyukur.” Tutupnya.
(Solo P)